BENAR ITU KAU
Benar itu kau,
bila hendak jalan beriring,
tidak di belakang bayang-bayang, tak pula di muka
bayang-bayang.
Benar itu kau,
namun tanpa kata akankah dan ragu,
hanyalah hujan penenang gundah.
Benar itu kau,
bukan mengubah melainkan menjalani,
dan menapaki segala terjal
mendaki maupun curam menurun.
Benar itu kau,
jikalau sudi menyinari
dengan terang gemintang.
Bila pula tetap membuka
dan membaca lembaran-lembaran ini.
Benar itu kau,
dan tak perlu diganti cermin itu,
tidak perlu pula mencari permukaan air lain
Cermin itu ada di relung batin.
(Tapak Berderap XXVIII, 15 November 2006)
Benar itu kau,
bila hendak jalan beriring,
tidak di belakang bayang-bayang, tak pula di muka
bayang-bayang.
Benar itu kau,
namun tanpa kata akankah dan ragu,
hanyalah hujan penenang gundah.
Benar itu kau,
bukan mengubah melainkan menjalani,
dan menapaki segala terjal
mendaki maupun curam menurun.
Benar itu kau,
jikalau sudi menyinari
dengan terang gemintang.
Bila pula tetap membuka
dan membaca lembaran-lembaran ini.
Benar itu kau,
dan tak perlu diganti cermin itu,
tidak perlu pula mencari permukaan air lain
Cermin itu ada di relung batin.
(Tapak Berderap XXVIII, 15 November 2006)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home