Deru Napas dan Jerit Jiwaku

Deruku menyapa zaman, jeritku melempar sunyi malam

Saturday, June 30, 2007


TAPAK BERDERAP (37) *


KEMARAU menghampiri telaga itu. Sang Kembara pun berhenti sejenak setelah sekian lama melangkah melintasi hari-hari, gelap maupun terang, dalam pemahaman makna semu dan nyata. Kering pada musim ini memang tak terkira. Dan hanyalah keteduhan tepian telaga yang bisa sedikit membasuh keletihan jiwa Kembara, kendati keletihan itu sendiri sulit diingkari. Letih ini memang tetap ada, walau tak terasakan lantaran adanya pemahaman arti kehidupan.

Letih di musim ini juga tak menggoyahkan langkah Sang Kembara. Lintasan panjang masih terbentang, menanti ditelusuri dan dikaribkan. Dan adakah penantian yang tersisa padamu?

* setelah mendengar lantunan Kembara Lintas Panjang (Ebiet G. Ade)

Tuesday, June 12, 2007

TAPAK BERDERAP (36)

SEMBURAT kilau rembulan memantul malu-malu di tengah telaga. Pantulan seberkas cahaya yang tak menyilaukan Sang Kembara. Walau pantulan kilau itu berbeda dengan cermin bayang yang berujung sesat belaka. Dan cermin telaga bening ini jelas tak sebanding cermin buram bayang, buram masa lampau lantaran cermin telaga Kembara adalah kerinduan teramat dalam. Kerinduan yang mungkin sulit dimengerti siapa pun.

Dan jejak langkah Sang Kembara memang teramat panjang. Janganlah kiranya menebak dan menghentikan langkahnya. Dengarkan saja tapak yang berderap, berderap ke satu tujuan hakiki nan mulia. Dengan berkarib kesunyian alam, keheningan malam, dan kebeningan telaga kerinduan.

Monday, June 11, 2007

TAPAK BERDERAP (35)*

SENANDUNG malam mengusir keheningan telaga ini. Walau kesunyian dan keheningan hampir tiada beda bagi Sang Kembara. Keduanya sama-sama menanti serta memburu bayang-bayang kerinduan. Tiada beda pula, bila kegetiran ini memang tak bersambut. Ya, kerinduan ini bagaikan telaga yang senantiasa menyambut Kembara dengan ketenangan, tanpa badai seperti di laut lepas.

Dan senandung malam kali ini berbisik halus. Seakan mengantarkan suatu alunan lagu yang tak asing bagi Kembara.

* Terinspirasi dari Apakah Ada Bedanya, Ebiet G. Ade